Rusuh..! Kata yang tepat menggambatkan kejadian semalam saat Adit tiba-tiba bangun jam 11 malam padahal baru satu setengah jam yang lalu dia tertidur. Saat itu masih belum terlihat apa masalahnya karena dihari biasa doa juga sering terbangun untuk tidur. Tapi saat diajak keluar kamar menuju tempat gelasnya terletak eh sedikitpun dia ga mau nyentuh dan mulai makin sering nangisnya paling terhenti saat mulutnya seperti menggit sesuatu. Baru deh 'ngeh' kalau ada masalah lagi dengan mulut bagian dalamnya.
"Jangan digigitin terus Dit, nanti luka dan berdarah lagi loh"
Aku cuma bisa berusaha mengingatkan walau sadar dia mungkin tidak mengerti maksudku. Saat begini nih aku berharap Adit bisa bicara agar dia bisa mengutarakan apa yang dirasa dan berharap dia mengerti agar bisa menghentikan aktivitas yang akan memperburuk lukanya.
Dan akhirnya terlihat darah mulai keluar dan tangisnya makin kencang karena sakit dàn tidak nyaman. Aku sendiri kesusahan untuk segera mengatasi, Adit berontak saat mau dilihat tempat lukanya dan juga berontak saat akan diolesi madu mana ayahnya belum pulang dari Ambarawa yang hujan terus menerus sehingga jalananpun berkabut.
Tapi namanya seorang ibu memang harus tega dan bisa cari akal, akhirnya Adit ditidurkan dikasur luar dan kakiku dikaryakan menahan badan dan tangannya agar tidak berontak jadi dengan cepat bisa meletakkan tissu utk menghisap darah lalu segera mengolesi madu...done! Adit masih nangis beberapa saat dan aku juga belum puas karena madu yang dioles belum mencukupi...think...think....think.....ah ya...dapat ide lain. Segera mengambil madu Syamil diatas kulkas dan menuangkan sedikit dulu kesendok teh, ga perlu waktu lama untuk menyuruh anak bujang itu untuk meminum bahkan ditambah 1 sdt lagi. Amaaan, suasana sudah terkendali.
Beberapa menit kemudian tangisnya mulai surut, ayahnyapun sudah sampai kerumah dan menemani Adit sebentar. Sejam setelah terbangun senyumnya sudah terlihat lagi malah sesekali tertawa dengan 'teman'nya.
"Jangan digigitin terus Dit, nanti luka dan berdarah lagi loh"
Aku cuma bisa berusaha mengingatkan walau sadar dia mungkin tidak mengerti maksudku. Saat begini nih aku berharap Adit bisa bicara agar dia bisa mengutarakan apa yang dirasa dan berharap dia mengerti agar bisa menghentikan aktivitas yang akan memperburuk lukanya.
Dan akhirnya terlihat darah mulai keluar dan tangisnya makin kencang karena sakit dàn tidak nyaman. Aku sendiri kesusahan untuk segera mengatasi, Adit berontak saat mau dilihat tempat lukanya dan juga berontak saat akan diolesi madu mana ayahnya belum pulang dari Ambarawa yang hujan terus menerus sehingga jalananpun berkabut.
Tapi namanya seorang ibu memang harus tega dan bisa cari akal, akhirnya Adit ditidurkan dikasur luar dan kakiku dikaryakan menahan badan dan tangannya agar tidak berontak jadi dengan cepat bisa meletakkan tissu utk menghisap darah lalu segera mengolesi madu...done! Adit masih nangis beberapa saat dan aku juga belum puas karena madu yang dioles belum mencukupi...think...think....think.....ah ya...dapat ide lain. Segera mengambil madu Syamil diatas kulkas dan menuangkan sedikit dulu kesendok teh, ga perlu waktu lama untuk menyuruh anak bujang itu untuk meminum bahkan ditambah 1 sdt lagi. Amaaan, suasana sudah terkendali.
Beberapa menit kemudian tangisnya mulai surut, ayahnyapun sudah sampai kerumah dan menemani Adit sebentar. Sejam setelah terbangun senyumnya sudah terlihat lagi malah sesekali tertawa dengan 'teman'nya.
No comments:
Post a Comment